Kamis, 16 Maret 2017

JANJI BISU

Tentang sederet janji dan janji dalam lisan maupun tulisan
Tentang sebongkah rindu dan pelukan hangat dari kekasih
Tentang malu-malu yang membekas di dasar hingar-bingar masa lalu
Tentang sebuah hati yang pergi hanya karena dia bisu
         Arggg.. apa ini!. Bodoh sekali aku menulis puisi untuk orang yang tak tau apakah dia menyukaiku  atau tidak, memikirkan ku atau tidak. Segera saja ku lemparkan pulpen biru kesayangan ku ke dinding dan membiarkan kertas berisi puisi omong kosong itu bertengger dan kesepian.
Aku beranjak dari meja belajar ku dan menghempaskan tubuh ku di kasur usang yang bertahun-tahun dipakai mahasiswi yang dulu pernah memakai kamar ku.

Tiba-tiba ujung mata ku menitikkan air mata basi yang tak semestinya mengalir saat itu. Tak berapa lama, mungkin aku terlelap dalam mimpi kosong yang bisu tentang dia.

Dia..
Angin kala itu menjadi malu tentang kita
Langit menjadi indah dengan sipu malu ku
Gigi mu tersusun rapi, Mas
Aku menyukaimu lewat senyum simpul kedua orang tua kita
Waktu itu..
Aku benar-benar mencintai mu.


--**--

         Cetarrr.. Duarrr..duarrr.. pekikan malam tahun baru yang meriah di luar membuat tidurku terganggu. "Arrggg.. aku benci kebisingan, aku benci!", gumamku dalam selimut. Hanya aku malam itu yang tak mengikuti agenda manusia malam itu. "Bodo amat! Gak guna!, mending aku tidur" ketus ku sambil nyinyir karena di luar masih saja bising. Kalian tahu, aku hampir saja lupa kalau malam itu adalah malam tahun baru. Ya, aku jomblo. Sebenarnya bukan menjadi alasan untuk melupakan malam itu hanya karena aku jomblo. Tapi setidaknya itu menjadi kambing hitam atas kelupaan ku. Aku hanya tak ingin membuang-buang waktu terindah ku di kasur yang empuk hanya karena malam itu. Aku tahuu.. kalau itu spesial, tapi tidak buat ku.. Hahahah, dasar jomblo!

         Seperti biasa, kosan putri yang tadinya hening manusia kini mulai mengeluarkan suara pijakan kaki. Tepat jam 02.00 pagi. Wow.. mereka ngapain disana?, apa cuma melihat kembang api? ah, masa sampai se pagi ini. Ku intip mereka dari balik kain jendela ku.
"Alhamdulillah, mereka lengkap", pikirku. Sesekali mereka memanggil nama ku dengan pelan. Ahh.. Aku suka mereka, seperti keluarga. Hampir tiga tahun berada di antara mereka. Mata ku tak bisa terpejam lagi.

        Kedua orangtua ku mengamanahkan ku untuk menyempatkan diri minimal dua rakaat di sepetiga malam.
Penting katanya.
Asik katanya.
Tapi hingga malam ini ragaku masih sedikit malas bergerak ke kamar mandi tuk berwudhu.
Ahh.. memaksakan itu memang sedikit menyebalkan. Membuat emosi jiwa dan batiniah.
Tapi ku paksakan..
Demi mengenalNya lebih dekat dan lebih jauh dengan cinta Nya yang sesungguhnya.


 Ku basuh muka ku dan bagian yang memang menjadi wajib pada rukunnya. Tenang memang, menyejukkan di spertiga malam yang syahdu itu.

Saat sujud terakhir, aku mengingat kata-kata orang mengenai shalat ini.


"Banyakin doa, Din. Apapun. InsyaAllah dikabulin sama gusti Allah".



Aku mencobanya.


"Ya Allah, ini aku hamba mu yang bergelimang dosa yang jauh dari mu ingin mendekat dengan mu. "Ijinkanlah ya Allah beberapa pinta ku".
"Mohon dengan sangat....."
"Ya Allah, ampuni dosa ku, dari kecil hingga dewasa".
"Ampuni kedua orang tua ku dan sayangi mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil". "Ampuni dosa-dosa orang yang menyayangi dan membenci keluarga ku".
"Mudahkan dan murahkan rezeki keluargaku, mapankan dan cukupkan keluarga ku".
"Mudahkan hamba menjalani pendidikan hamba ya Allah, dan jika Engkau berkenan, pertemukan aku dengan jodoh yang terbaik dari Mu untuk ku".

Saat bersimpuh pada Nya, aku tak mengingat masa ku pada lelaki yang membuatku galau akhir-akhir ini. Ya, aku sangat bersyukur. Ternyata obat galau mujarab ku adalah menemui Nya lewat ritual ini.

Ahh.. sepertinya aku akan ketagihan apa yang ku lakukan pagi ini.
Semoga..
Semoga aku semakin dekat dengan-Nya..

Ku rapihkan mukena ku.
Sekilas ku pandang raut wajah ku lewat cermin pink  yang ku pajang di dinding kamar ku yang lusuh. Mata ku bengkak. Mungkin karena air mata yang tertumpah ruah di atas sajadah tadi.

"Tuhan ku, apakah Engkau cemburu jika aku mengingatnya saat berada di dekat Mu?, sehingga Kau menghapuskan nama dan kisahnya di benakku?"


Aku yakin, Allah tau yang terbaik untuk hambanya. Bukankah Dia memberikan apa yang dibutuhkan dan bukan apa yang diinginkan hambanya?


Lantas apa yang ku ragukan dari Nya.

Menjelang subuh, dan hingga matahari benar-benar membanggakan sinarnya dengan manis. Aku pun tersadar, selama ini aku jauh dari Nya. Selama ini aku termakan oleh janji bisu yang kudapati dari imajinasi kosong otak ku.

Ku benarkan, jika bersama Nya, hati menjadi tenteram..

Bukan kah itu yang diinginkan setiap insan?. Mengapa masih sulit dan ragu mendekat pada Nya?



***

Rabu, 15 Maret 2017

SEBAHAGIA ITU KAH?

Ah, pagi rindu
Bisa saja ia menyiramkan benih-benih cinta
Rindu tuk dicinta
Rindu tuk dimanja
Sekadar hanya menyapa, tetap membuat merona kedua pipi ini
Sosoknya begitu indah
Bak keindahan di jagad raya
Pesonanya selalu terjaga di mata anak-anaknya
Ibu, ibu, ibu.. mulia bukan kedudukannya
Hingga sebutannya disebutkan tiga kali dibanding sosok ayah
Aku rindu,
Ku kecup layar ponsel ku agar dia mendengarnya
"Kapan kita ketemu lagi,Din?", seakan kami adalah sahabat yang jarang sekali bersua
Aku bahagia.
Ya, sebahagia ini.
Tuhan mencintainya
Pun, mereka dan aku juga

Senin, 13 Maret 2017

MASIHKAH MENYALAHKAN MEREKA?



Keluarga Besarku
Sedari fajar mereka sudah rukuk dan sujud menyembah Sang Pencipta. Bahkan sepertiga malam rutin untuk mendoakan kita. Ya kita yang enam belas bersaudara ini, meski dua oarang diantara kita telah menemui Sang Ilahi, dia tetap mendoakannya. Ahh.. betapa menyimpan sesal batin ku, andai dan andai suka sekali menghujam bibir hati ku. Menepisnya dengan memelas “Ah, mungkin sudah takdir ku harus merantau seperti ini”, gumamku dalam hati. Hei, kalian tahu, meski diantara kita ada yang seayah namun tak seibu dan seayah seibu, ayah dan mamak tak pernah membedakan diantara kita. Serius! Aku saksinya. Bukan, bukan karena aku dan kakak beda ibu dan saat ini akulah dari ibu kedua. Bukan kak! Tak ku membelanya, hanya saja sudah kurasakan. Namun tetap saja menurut forcasting ku kalian masih menganggapnya “Ibu Pengganti”. Lantas bisakah kakak-kakak mencintainya dengan sepenuh hati?. Tahukah kalian bahwa aku menjadi tempat curhatnya? Ya, sambil air mata berderai sekali pun. Dia suka menceritakan masa lalu kalian bertiga, tentang kakak pertama yang sangat garang. Ya, bahkan tentang kakak pertama yang pernah menyemprotku dengan air dari selang yang mengalir kencang, tentang kakak pertama yang tak suka atas lahirnya diriku. Benarkah demikian kakak pertama ku yang kucinta?. Ya, sungguh aku tak ada membeda-bedakan pada semuanya.

Hei, lupakah pada jasa mereka yang sejak kecil umur 7 tahun, bahkan belum menginjak umur baligh kita sudah dibangunkan sholat subuh untuk sholat berjamaah bersama?, bahkan mengajarkan kita tuk sesegera mungkin untuk bangun dengan cara menarik kaki kita dari tempat tidur, mencubit dengan kasih sayangnya dan memukul kaki kita dengan sangat hati-hati atau bahkan memercikkan air ke wajah kita. Kita tahukan tujuan mereka itu apa?. Ya, agar kita selalu mengingat Sang Pencipta dan memuji asmanya sejak fajar. Tak lain dan tak bukan untuk menjadikan kita manusia yang berakhlak mulia.
Ayah dan Mamak
Ayah yang suka menasehati kita sejak balita, memukul kita jika kita malas dan membangkang. Apakah itu salah? Tidak! Itu tidak salah. Mengajarkan kita shalat sunnah, bagaimana menyembayangkan mayat, bacaan sholat lengkap dan mengajarkan kita doa selepas sholat ataupun wirit-wirit meneduh jiwa. Apakah masih kurang kasih sayangnya?. Itu semata-mata karena kita dititipkan pada dua jiwa yang kita panggil ayah dan mamak. Mereka tak ingin, jika di padang mahsyar atau di akhirat nanti catatannya jelek hanya karena mendidik kita yang cuma abal-abal. Ayah dan mamak mau dan memaksa kita untuk mempelajari dunia dan akhirat. Lantas masihkah meragukan kasih sayang mereka dan menyalahkan mereka?.
77 tahun dan 57 tahun. Jarak yang cukup jauh antara ayah dan mamak kita. Kemarin malam saat ku melepas kepergianku ke tanah rantau, air mata ku tak bisa terbendung lagi. Bahkan kak Sri yang sering disapa Iyek aneh melihat tangisan ku yang menjadi-jadi. “Aku gak bisa menahannya kak”, ucapku padanya. “Aku ga bisa melihat raut wajah kepayahan dari mamak . aku merasa ingin selalu di dekatnya, membuat bantalan giginya yang berwarna merah muda itu terlihat. Mamak butuh kita kak. Butuh kita yang selalu menguatkan hatinya, membelanya, karena selama ini dia selalu terpojok dengan istilah “Salah Asuhan”. Kalian tahu, saat menulis tulisan ini aku masih menitikkan air mata. Ayah. Sosok yang kini semakin tua dan renta. Dengan tongkat yang dibuatnya dari kayu mahoni belakang rumah, perlahan menuju masjid depan rumah. “Ah.. ayah. Kenapa keras kepala mu makin menjadi-jadi?”, gerutu ku dalam hati. Sesalku adalah, selama di rumah, aku masih saja suka membantahnya. Astagfirullah aladzim...

Aku dan Ayah
Saat pamitan malam itu, (Allahumma ya Allah.. maafkan hamba yang khilaf ini)
Aku bersimpuh mencium kedua pipinya, keningnya dan berulang kali memeluknya. Mencium tangannya dan berkata “Ayahhh.. maafkan aku. Maafkan kesalahanku selama ini yang masih menentang dan melawan mu. Maafkan aku yang masih belum sabar menghadapi masa tua mu”. Berkali-kali ucapan itu ku keluarkan dan terucap di azzam hatiku “Aku tak akan mencintai lelaki selain mu”. “Ayah mohon doanya untuk kelancaran pendidikan ku, semoga lancar hingga kelulusan ku dan aku akan memapankan finansial ku untuk membuat keluarga kita sejahtera”. Ayah hanya menganggukkan kepala sambil menangisi ku. Saat itu mamak berada di hadapan ku saat aku menyudahi memeluk ayah. Disana kudapati dia menyebut nama ku sambil menangis “Diniiii.. baik-baik ya nak disana, jaga diri baik-baik”, pesannya. Pelukannya hangat, hangat sekali. Penuh cinta yang baru kurasai saat ini.
Kau tahu, wajahku yang galak dan cara bicaraku yang judes ini menyimpan air mata yang cukup banyak. Tapi tak kutunjukkan pada khalayak ramai. Hanya untuk orang tertentu, orang terkasih.

Aku dan Mamak
Kembalinya aku ke tanah rantau ini menyisakan rindu. Pasti. Rindunya pasti menjadi-jadi. Semangat untuk menjadi pribadi yang lebih dan leebihh mandiri semakin menguat dalam tekad untuk kebahagian keluarga.
Bahkan aku berjanji untuk tidak membuat kedua orang tuaku cemburu dengan lelaki yang hadir dan masuk ke hati ku. Mungkin menurut kalian aneh kan?. Tapi begitulah mau ku yang belum tentu juga dimaui Tuhan ku. Semoga Allah mendengar niat baik ku ini. Semoga lelaki yang ingin mengetuk relung hati ku paham maksud ku ini.

Senin, 13 Maret 2017
Kereta Api Sawunggalih Pagi menuju Kota Satria Purwokerto

Selasa, 28 Februari 2017

SETETES EMBUN CINTA NIYALA


Salam literasi!

Hallo sahabat blogger, aku mau membagikan sedikit kisah dari novel kesukaan ku yang berjudul "Setetes Embun Cinta Niyala" karangan novelis populer Indonesia yakni Habiburahman El-Shirazi. 
Cover Novel. Isinya berbab-bab

Serius! ini agak melow. Bacanya pake hati dan perasaan ya, insyaAllah ada nilai positifnya buat kita kaula muda yang mencari jatidiri, ridho Ilahi :D, dan pastinya memperbaiki diri untuk perbaikan yang lebih-lebih baikkk lagi. Aamiin..

Dari ku, blooger amatir yang masih malas nulis dan baca.
Semoga kalian suka ya ^_^
Untuk e-book PDF nya akan aku sertakan.
Sri Maulidini djalon S.Pt


Jazakillah Katsir.

Minggu, 19 Februari 2017

Apa itu Reuni?

Pertemuan itu bagaimana kau tahu
Sedang angan mu saja tak mengaku
Sajak-sajak mimpi mu bahkan tak ingin itu
Tak lantas kau menggerutu pada tuhan mu, bukan?

Pertemuan itu bak bekas yang selalu menganga perihnya
Tak ayal kau kadang mengupat pertemuan itu
Sedang degup jantung mu berketok ria,
Bahkan meski kalian tak saling pandang

Apa ini? Sanggah mu!
Kau kutuk semuanya
Bahkan tuhan menjadi pilu atas keluh mu

Oh pertemuan, mengapa ini menjadi bekas?
Sedang rasa mu dan dia tak menyatu
Layakkah ku merindu?
________________________________________
Ah sudahlah, jangan tanyakan ya kapan aku nikah. Kepala ku bisa mumet njawabnya. Well, aku mau bagiin momen bahagia sahabat SMA ku Yuli Ernita.
Ceritanya, kemarin aku, Winda, Uzi, Angel,  Agus, dan Taufik. 

Prepare udah dari jam 14.00, tapiii ngarett banget sampe-sampe kami berangkat ke resepsi jam 15.20 kalo ga salah. Estimasi kami jam 14.00 standby di rumah Winda. Ada aja deh lika-liku mau ketemuan ini. Wew.. kalo mau dideskripsikan mah bikin jari keriting.. hehehe 
Sesampainya disana, kami disambut dengan manis karena  kami juga orangnya manis wehehehe 

Minggu, 29 Januari 2017

Ekspektasi Liburan dan Realita

Hallo blogger..
Udah lama ga ngepost dan nyampah ga jelas di akun ini. Mungkin pemiliknya mulai lelah atau kehabisa ide, hmm.. atau sok sibuk makanya ga ke update.
Kuy! Cuap cuap lagi.. kali aja asikk.. apasih Din.
29 Desember tahun lalu (yaelah lama amat).. Okelah biar ga ada yang protes saya jabarin aja..
29 Desember 2016 lalu, saya memutuskan MUDIK! Nah loh! Baru juga kelar ujian tuh udah main kabur aja dari perantauan. Eiithh.. nyantai guys, saya mudik bukan hanya alasan kangen Emak dan Ayah, tapi... saya nikmatin moment naik pesawat gratis dengan maskapai bonafit se Indonesia loh.. hihihi
Anyway.. singkatnya sejak tanggal itu dan sekarang, ada aja sesuatu yang buat saya emosi, males, jenuh, bete', kesel, pokoke buanyaakk dah..
Udah! Ga mau saya perpanjang. Mending saya jabarin lokasi hangout saya bareng teman SMA. Cekidot ya!
CK Coffee Aek Kanopan menjadi tempat nongkrong paling sibuk kalo malam Kamis dan Minggu. Jangan tanya kenapa... Pleasee.. tetiba suka sawan kalo ditanya alasan apa. Untuk penikmat kopi, CK Coffee bisa jadi tempat nongkrong cukup asik. Ditambah setiap malam minggu ada penampilan StandUp Comedy Labura. Nah.. seru kan, ngopi sambil cekikikan.
Lanjutttt...

Senin, 22 Agustus 2016

Kuliah (lagi)

Alhamdulillah tahap pertama dimulai. Pukul 03.38 WIB sampai dengan selamat di Stasiun Purwokerto, Jawa Tengah.
Aku mau cerita sedikit mengenai proses keberangkatan ku. Agak sedikit ber drama nih. Mulai dari SPP (UKT) yang belum ku setorkan ke pihak kampus di karenakan orang tua ku yang belum mempersiapkannya. Ditambah lagi pihak kampus yang pengumumannya cukup mendadakan dan membuat saya (bahkan bukan hanya saya) kesal.
Rp 2.500.000 biaya nya. Menurut orang2 sih ga mahal. Tapiii... menurut keluarga ku cukup membuat repot untuk menyiapkannya.
So, hari Jum'at tanggal 19 Agustus 2016 diumumkan via website kampus. Tanggal 20 aku coba registrasi ternyata proses input registrasinya tidak bisa lompat2. Jadi mesti 1 per 1 diisi. Alhasil mesti sabar dan teliti untuk proses pengisiannya.
Baru aku ketahui ternyata untuk bisa sukses registrasi online harus bayar SPP per 1 semester. Olahaaa.. mamak saya langsung kalang kabut karena mendadak. Tau, apaa yang di lakukan mamak saya? Menjual 2 ekor domba. Maafkan ya mak, jadi merepotkan.
Ahh.. ini complicated bangettt

JANJI BISU

Tentang sederet janji dan janji dalam lisan maupun tulisan Tentang sebongkah rindu dan pelukan hangat dari kekasih Tentang malu-malu y...