Pekikan itu.. Teriakan itu
menyembur dalam benak ku.. Dia berlari membawa batang sapu untuk memnghujam
tubuhku aku berlari menyusup dalam rumah-rumah tetangga. Tak kuasa aku berlalu
sampai pada sebuah lahan gembalaan. Ya aku masih mengenakan seragam sekolah ku
waktu itu. Aku berlari mencari sosok wanita yang sedang mengembalakan
domba-dombanya. Aku menceritakan semuanya, dan ternyata semua memang salah ku.
Lelaki tua itu selalu ku
panggil ayah, rambutnya yang sudah mulai memutih tak menghilangkan tabiat kejam
dan kerasnya. Cara mendidiknya yang sangat arogan membuat ku tercipta seperti
ini, Sedangkan wanita penggembala itu adalah dia yang selalu ku panggil mamak. Aku
terlahir di keluarga yang dielu-elukan masyarakat adalah keluarga besar. Ya, aku
anak ke sembilan dari lima belas bersaudara. Mungkin sudah selayaknya keluarga
ku mendapat rekor muri.
Semua memori-memori saat
itu masih ku ingat sampai sekarang, mungkin bukan aku saja yang terkena
pendidikan keras dari ayah ku, bahkan adikku dan kakak-kakak ku pun
merasakannya. Ayah bukanlah tipikal orang yang pemilih atau pilih-pilih kasih,
beliau menyamaratakan pada semua anak-anaknya termasuk aku. Tak ada yang
dimanjakan dari kami, karena ia rasa dunia itu terlalu kejam untuk
bermanja-manja. Untuk itulah sampai sekarang aku kaku dan tak berpangaruh pada
tingkah pangku tangan orang-orang disekitarku.
Aku bingung untuk
menceritakannya, sulit lidahku bercengkrama untuk itu. Ahh.. cerita itu memang
unik dan sulit untuk melupakannya. Akulah si anak kandang yang rindu akan
pulang. Aku hanya bisa tertawa renyah membayangkannya. Sudah dua tahun ku
melanglang buana di kota besar, kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di
pulau jawa. Mungkin sudah menjadi takdirku untuk meneruskan usaha keluarga
untuk menjadi peternak sampai-sampai aku terperosok masuk ke dunia peternakan.
Aku bukanlah mahasiswa cerdas yang dielu-elukan di kampus, biasa saja, karena
ku tahu itu bukan orientai ku. Di kampus aku diceletuki sebagai cewek galak,
jutek, dan bla.. bla.. bla.. anggap angin lalu saja karena ku akui aku memamg
seperti itu. Wajar saja sampai saat ini tak seorang laki-laki pun berani
mendekati ku. Ya mungkin karena sifat ku itu. Apa boleh buat semua sudah
dikandung badan, dan semua sudah menjadi tabiat ku, aku menyukai keunikan ku
dan aku percaya tuhan punya kata untuk menjawab keunikan ku ini.
Perjalanan selama dua
tahun di kota orang menjadi kenangan-kenangan yang menjadi awal pengalamanku
jauh dengan orang tua. Ayah dan mamak tak pernah mengajari kami untuk menjadi
manusia yang manja. Wajarlah jika aku pun jarang sekali komunikasi dengan
keluarga ku dikampung. Banyak orang mengatakan aku itu aneh, ahhh.. apalah itu
aku tak peduli. Idealisme itu menjadi-jadi “Aku adalah aku, bukan kamu dan
bukan orang lain”. Istilah egoisme itu merasuk ke dalam jiwa ku.
|
Rabu, 06 November 2013
Nyanyian Rindu si Anak Kandang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
JANJI BISU
Tentang sederet janji dan janji dalam lisan maupun tulisan Tentang sebongkah rindu dan pelukan hangat dari kekasih Tentang malu-malu y...
-
Tentang sederet janji dan janji dalam lisan maupun tulisan Tentang sebongkah rindu dan pelukan hangat dari kekasih Tentang malu-malu y...
-
Dari pengamatan yang dilakukan, domba-domba yang banyak diternakkan di Indonesia meliputi : 1. Domba Ekor Gemuk (DEG) 2. Dom...
-
Pekikan itu.. Teriakan itu menyembur dalam benak ku.. Dia berlari membawa batang sapu untuk memnghujam tubuhku aku berlar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar diterima