Tentang sederet janji dan janji dalam lisan maupun tulisanTentang sebongkah rindu dan pelukan hangat dari kekasihTentang malu-malu yang membekas di dasar hingar-bingar masa laluTentang sebuah hati yang pergi hanya karena dia bisu
Arggg.. apa ini!. Bodoh sekali aku menulis puisi untuk orang yang tak tau apakah dia menyukaiku atau tidak, memikirkan ku atau tidak. Segera saja ku lemparkan pulpen biru kesayangan ku ke dinding dan membiarkan kertas berisi puisi omong kosong itu bertengger dan kesepian.
Aku beranjak dari meja belajar ku dan menghempaskan tubuh ku di kasur usang yang bertahun-tahun dipakai mahasiswi yang dulu pernah memakai kamar ku.
Tiba-tiba ujung mata ku menitikkan air mata basi yang tak semestinya mengalir saat itu. Tak berapa lama, mungkin aku terlelap dalam mimpi kosong yang bisu tentang dia.
Dia..Angin kala itu menjadi malu tentang kitaLangit menjadi indah dengan sipu malu kuGigi mu tersusun rapi, MasAku menyukaimu lewat senyum simpul kedua orang tua kitaWaktu itu..Aku benar-benar mencintai mu.
--**--
Cetarrr.. Duarrr..duarrr.. pekikan malam tahun baru yang meriah di luar membuat tidurku terganggu. "Arrggg.. aku benci kebisingan, aku benci!", gumamku dalam selimut. Hanya aku malam itu yang tak mengikuti agenda manusia malam itu. "Bodo amat! Gak guna!, mending aku tidur" ketus ku sambil nyinyir karena di luar masih saja bising. Kalian tahu, aku hampir saja lupa kalau malam itu adalah malam tahun baru. Ya, aku jomblo. Sebenarnya bukan menjadi alasan untuk melupakan malam itu hanya karena aku jomblo. Tapi setidaknya itu menjadi kambing hitam atas kelupaan ku. Aku hanya tak ingin membuang-buang waktu terindah ku di kasur yang empuk hanya karena malam itu. Aku tahuu.. kalau itu spesial, tapi tidak buat ku.. Hahahah, dasar jomblo!
Seperti biasa, kosan putri yang tadinya hening manusia kini mulai mengeluarkan suara pijakan kaki. Tepat jam 02.00 pagi. Wow.. mereka ngapain disana?, apa cuma melihat kembang api? ah, masa sampai se pagi ini. Ku intip mereka dari balik kain jendela ku.
"Alhamdulillah, mereka lengkap", pikirku. Sesekali mereka memanggil nama ku dengan pelan. Ahh.. Aku suka mereka, seperti keluarga. Hampir tiga tahun berada di antara mereka. Mata ku tak bisa terpejam lagi.
Kedua orangtua ku mengamanahkan ku untuk menyempatkan diri minimal dua rakaat di sepetiga malam.
Penting katanya.
Asik katanya.
Tapi hingga malam ini ragaku masih sedikit malas bergerak ke kamar mandi tuk berwudhu.
Ahh.. memaksakan itu memang sedikit menyebalkan. Membuat emosi jiwa dan batiniah.
Tapi ku paksakan..
Demi mengenalNya lebih dekat dan lebih jauh dengan cinta Nya yang sesungguhnya.
Ku basuh muka ku dan bagian yang memang menjadi wajib pada rukunnya. Tenang memang, menyejukkan di spertiga malam yang syahdu itu.
Saat sujud terakhir, aku mengingat kata-kata orang mengenai shalat ini.
"Banyakin doa, Din. Apapun. InsyaAllah dikabulin sama gusti Allah".
Aku mencobanya.
"Ya Allah, ini aku hamba mu yang bergelimang dosa yang jauh dari mu ingin mendekat dengan mu. "Ijinkanlah ya Allah beberapa pinta ku".
"Mohon dengan sangat....."
"Ya Allah, ampuni dosa ku, dari kecil hingga dewasa".
"Ampuni kedua orang tua ku dan sayangi mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil". "Ampuni dosa-dosa orang yang menyayangi dan membenci keluarga ku".
"Mudahkan dan murahkan rezeki keluargaku, mapankan dan cukupkan keluarga ku".
"Mudahkan hamba menjalani pendidikan hamba ya Allah, dan jika Engkau berkenan, pertemukan aku dengan jodoh yang terbaik dari Mu untuk ku".
Saat bersimpuh pada Nya, aku tak mengingat masa ku pada lelaki yang membuatku galau akhir-akhir ini. Ya, aku sangat bersyukur. Ternyata obat galau mujarab ku adalah menemui Nya lewat ritual ini.
Ahh.. sepertinya aku akan ketagihan apa yang ku lakukan pagi ini.
Semoga..
Semoga aku semakin dekat dengan-Nya..
Ku rapihkan mukena ku.
Sekilas ku pandang raut wajah ku lewat cermin pink yang ku pajang di dinding kamar ku yang lusuh. Mata ku bengkak. Mungkin karena air mata yang tertumpah ruah di atas sajadah tadi.
"Tuhan ku, apakah Engkau cemburu jika aku mengingatnya saat berada di dekat Mu?, sehingga Kau menghapuskan nama dan kisahnya di benakku?"
Aku yakin, Allah tau yang terbaik untuk hambanya. Bukankah Dia memberikan apa yang dibutuhkan dan bukan apa yang diinginkan hambanya?
Lantas apa yang ku ragukan dari Nya.
Menjelang subuh, dan hingga matahari benar-benar membanggakan sinarnya dengan manis. Aku pun tersadar, selama ini aku jauh dari Nya. Selama ini aku termakan oleh janji bisu yang kudapati dari imajinasi kosong otak ku.
Ku benarkan, jika bersama Nya, hati menjadi tenteram..
Bukan kah itu yang diinginkan setiap insan?. Mengapa masih sulit dan ragu mendekat pada Nya?
***



